Senin, 15 Desember 2008

AWAS GENOCIDE AND PENGUASAAN SEGALAH BIDANG

GENOCIDE PROGRAMS

MEREKA INI PERLU ADA PERTANYAAN BAGINYA. BAGAIMANA MEREKA MENGARTIKAN/MEGERTITENTANG MASALAH RASISME/PEMUSNAHAN BANGSA PAPUA BARAT DAN GENOCIDE ITU?

BUKTI OTSUS GAGAL DI PAPUA dan PEMUPUKAN RASISME 1

INDONESIA TAKUT DAN GEMENTAR DENGAN PANGKALAN MILITER USA DI AUSTRALIA




Metrotvnews.com, Jakarta: Kehadiran pasukan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia, dianggap mengganggu kawasan ASEAN. Alasan untuk membantu Indonesia mengatasi bencana alam juga dinilai kurang tepat.

"Kawasan ASEAN selama ini relatif stabil, agak terganggu dengan AS," kata Ketua DPR RI Marzuki Alie di gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (22/11).

Menurut Marzuki, bencana alam di Indonesia sudah bisa diatasi sendiri, kecuali bencana yang luar biasa. Bencana itu pun belum tentu 10 tahun sekali. Karena itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu mempertanyakan agenda AS tersebut. "Yang jelas kita harus hati-hati," ujar dia.

Marzuki melihat, kehadiran pasukan militer AS di Australia adalah persoalan internasional. Ia menyarankan agar pemerintah mengontak Duta Besar AS di Indonesia bila negara tersebut tak mau mengubah posisinya.

"Ini persoalan internasional, makanya bisa saja kontak Duta Besar kalau pangkalan AS tidak akan mengubah situasi ASEAN yang selama ini relatif stabil aman damai," kata Marzuki. (Andhini)



http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/11/22/72802/Marzuki-Alie-Kehadiran-Pasukan-Militer-AS-di-Darwin-Mengganggu/1



KALAU KO KAWIN KELUAR KO MENDUKUNG PENUH PROGRAM NEGARA UNTUK MEMBASMI BANGSA PAPUA BARAT DAN ENGKAU JUGA MENDUKUNG RAISME YANG BERUJUNG PADA GENOCIDE BAGI BANGSA PAPUA BARAT

DAN LEPASKAN MACE-MADE DAN PACE-PACE JAWA, BUGIS, MANADO, TORAJA, AMBON, NTT, NTB, MEDANG, KALIMANTAN DLL ADALAH KEWAJIBAN KITA UNTUK SELAMATKAN BANGSA PAPUA DARI KEMELUT PEMUSNAHAN
CAMKAN ITU BAIK

Minggu, 14 Desember 2008

BUKTI OTSUS GAGAL DI PAPUA dan PEMUPUKAN RASISME

BUKTI OTSUS GAGAL DI PAPUA dan PEMUPUKAN RASISME YANG BERUJUNG PADA GENOCIDE

BUKTI OTSUS GAGAL DI PAPUA



Posted by Picasa

We are worrying with indonesia government and military making genocide

Pengakuan Korban Wabah Muntaber di Moanemani

*Ibu Oktovina Mote: Seandainya Petugas Medis Ada di Puskesmas, Nyawa Anak dan Suami Saya Bisa Tertolong

MOANEMANI [kabarpapua.com] – “Waktu kami tiba di Puskesmas Moanemani, suasananya sepi sekali. Tidak ada satupun tenaga medis yang sedang bertugas. Kalau saat itu tenaga medis ada di tempat, anak dan suami saya bisa tertolong.”

Demikian penuturan Ibu Oktovina Mote menceritakan sepenggal kisah pilu yang menimpa keluarganya beberapa waktu lalu di Moanemani, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai.

Ibu Oktovina yang sehari-hari bekerja sebagai petani kopi di Moanemani, keluarganya termasuk satu dari ratusan korban yang meninggal akibat terserang penyakit muntaber di Lembah Kamuu. Hatinya pilu karena dalam sekejap saja, penyakit yang nyaris sama merengut nyawa anaknya, Fredrikus Mote dan suaminya, Neles Okmonggop.

Fredrikus Mote, siswa kelas VI SD YPPK Moanemani, meninggal di rumahnya 5 Juli 2008. Sedangkan Neles meninggal menyusul anaknya. Neles meninggal saat dirawat di Puskesmas Moanemani, 8 Juli 2008.

“Kalau petugas cepat memberikan pertolongan saat kami tiba di Puskesmas, maka saya tidak kehilangan anak dan suami saya. Musibah ini juga kelalaian petugas kesehatan, sehingga mereka mesti bertanggungjawab,” tutur Ibu Oktovina kepada wartawan belum lama ini di Moanemani.Saat ditemui, ia sedang sibuk mengeringkan kopi hasil dari kebunnya. Tampak tubuh wanita 46 tahun itu lunglai. Matanya sembab, rambutnya tak terawat. Maklumlah, ia baru saja kehilangan anak dan suaminya.

Ibu Oktovina lantas berkisah tentang muntaber yang diderita anaknya. Awalnya, ia menyaksikan keadaan anak Fredrikus yang terbaring lesu di tempat tidur. Mata korban terlihat kunang-kunang, mual, muntah kekuningan, badannya kehitaman-hitaman, menceret. Badan Fredrikus tampak kejang-kejang. Kekeluarganya tak tega melihat penderitaan yang dialami Fredrikus. Dalam kepanikan, perempuan asal Mogouda-Waghete itu bersama suaminya membawa anak mereka ke Puskesmas Moanemani.

Tapi sayang, maksudnya agar anak mereka mendapat pertolongan pertama tidak kesampaian, lantaran di puskesmas tampak sepi. Pasien maupun pengunjung yang biasanya datang tak kelihatan. Tak ada satu orangpun tenaga medis yang bertugas saat itu. Merekapun akhirnya membawa pulang anaknya ke rumah. “Dalam perjalanan kembali ke rumah, kondisi tubuh anak Fredrikus semakin panas,” ucapnya dengan raut miris. “Anak saya muntah-muntah dan terus-menerus buang air besar. Lama kelamaan dia sulit buang air besar, walaupun dipaksa.”Tiba di rumah, hari mulai gelap. Mereka tak bisa berbuat banyak. Hanya menghibur Fredrikus agar beristirahat sekedar mengurangi rasa sakitnya. Ayahnya, Neles melanjutkan pekerjaan rutinnya di rumah. Ia menghidupkan genzet untuk penerangan di sekitar rumah mereka.

Tiba-tiba Neles mulai merasa sakit perut disertai muntah-muntah kekuningan. Badannya hitam-hitam dan kejang di seluruh tubuh. Ia pun beranjak untuk membuang air besar, ternyata gejalanya seperti yang dialami anaknya. Seluruh aktivitas di rumah terhenti seketika. “Pace (suami) juga tertular muntaber dari anak karena gejalanya seperti yang dialami anak kami,” kata Ibu Mote.

Perhatiannya terhadap sakit yang diderita anaknya belum tuntas, ia mesti mencurahkan perhatian untuk merawat suaminya. Ia membiarkan anaknya seorang diri di rumah. Tak ada jalan lain, Oktovina minta bantuan tetangganya untuk bersama-sama membawa suaminya ke Puskemas Moanemani. Jaraknya dari rumah menuju Puskesmas cukup jauh.

Tiba di Puskesmas, Neles dirawat dua tenaga medis. Ia diberi infus dan minum oralit dengan maksud bisa mengurangi rasa sakitnya. “Beberapa hari di Puskesmas kondisi Pace tak berubah. Dia muntah dan menceret tanpa henti,” katanya seakan tak berdaya. “Apalagi suami saya sulit makan, sehingga tubuhnya makin lemah.”

Saat Neles tergolek lemah di Puskesmas, muncul kabar bahwa anaknya Fredrikus telah meninggal di rumah mereka. Tangis dan air mata Oktovina Mote seketika itu tak terbendung. Musibah seakan tak pernah pergi dari keluarganya.

Walaupun telah mendapatkan pertolongan dari tenaga medis di Puskesmas Moenemani. Tapi nyawa suaminya tak bisa tertolong. Beberapa hari kemudian Neles Okmonggop meninggal menyusul anaknya.

Saat perawatan di Puskesmas Moanemani, Neles dilayani dua orang tenaga medis. Fasilitas penunjang kesehatan seperti obat-obatan, infus dan oksigen, hanya seadanya.
Menurut Oktovina, seharusnya petugas kesehatan menyiapkan obat-obatan dan fasilitas penunjang kesehatan. Supaya kalau ada pasien yang datang berobat bisa segera ditangani. Tapi yang terjadi saat korban mulai berjatuhan, justru obat-obatan dan fasilitas medis tak mencukupi. Sangat terbatas.

“Tenaga medis mesti ada di Puskesmas. Kami tinggal di daerah pedalaman ini mau datang berobat, tapi mereka sering tidak ada. Jadi kami biasa kesulitan”, imbuhnya.
Tertular Lewat Pakaian?Musibah sama juga menimpa Agustinus Koga. Ia meninggal setelah bergumul dengan penyakit muntaber.

Salah seorang keluarga korban, Maria Koga, saat ditemui di Pastoran Moanemani, menuturkan, saudara laki-lakinya, Agustinus Koga, meninggal akibat penyakit muntaber.
Awalnya Agustinus menderita selama sebulan saat berada di kota Nabire. Anehnya, mereka tak mengetahui penyakit yang dideritanya. Keluarga dari Moanemani “turun” ke Nabire untuk menjemput Agustinus Koga untuk dirawat dari kampung halaman.

Maria menyebut gejala yang diderita Agustinus, waktu itu muntah-muntah diselingi buang air seperti orang menyiram air.

Melihat hal itu, keluarganya berusaha memanggil petugas kesehatan untuk memeriksa sakit yang diderita korban. Tak lama kemudian, dua tenaga medis dari Puskesmas, Ibu Kobepa dan Pak Mantri Yuventil tiba di rumah mereka. Korban lalu diinfus dan diberi minum oralit. “Setiap hari mulai pagi sampai sore Pak Mantri Yuventil datang mencek infus dan memberi obat,” ujarnya.

Walaupun telah ditangani petugas kesehatan, tapi nyawa Agus tak tertolong. Ia meninggal dunia beberapa hari berikutnya.

Setelah ikut merawat Agus, Maria Koga mengaku dirinya juga tertular muntaber. Kemungkinan virus muntaber berasal dari saudara laki-lakinya. Selama menjalani perawatan, pakaian korban selalu dicucinya. Maria mengalami gejala muntah-muntah dan menceret. Lantaran penyakit yang dideritanya tak mengalami perubahan, Maria pun segera memeriksakan di Puskesmas. Atas saran tenaga medis, maka ia menginap di Puskesmas selama 4 hari.

Selama perawatan, ia memperoleh pelayanan dari Pak Mantri Yuventil dan Ibu Kobepa. Dia disarankan untuk kembali ke rumah. Selama menginap di Puskesmas, Maria ditemani mamanya. Sedangkan di rumah hanya Agustinus seorang diri. Ia terbaring lesu.

“Orang-orang yang datang ke Puskesmas ketemu mama dengan saya kasih tau kamu punya rumah itu bapa ada menangis terus ada tetangga lain juga menangis. Begitu dengar kabar itu, mama pulang ke rumah periksa begini ternyata saya punya kakak sudah meninggal,” ujarnya terbatah-batah. (#)

Dipublikasi pada Friday, 10 October 2008 oleh kalibobo
http://www.kabarpapua.com/news/modules.php?name=News&file=article&sid=1348


Pengakuan Korban Wabah Muntaber di MoanemaniKontribusi kaliboboDikirim oleh kalibobo pada Friday, 10 October 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Kesehatan Umum (114 Komentar)
Mahasiswa Papua di Yogya Demo, Desak Pemerintah Tuntaskan Wabah MuntaberKontribusi kaliboboDikirim oleh kalibobo pada Friday, 10 October 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Kesehatan Umum (128 Komentar)
Peringatan Tiga Tahun Front PEPERA Papua BaratKontribusi kaliboboDikirim oleh kalibobo pada Tuesday, 30 September 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Pendidikan Politik (131 Komentar)
63 Tahun Indonesia: Papua Merdeka?Kontribusi kaliboboDikirim oleh kalibobo pada Sunday, 17 August 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Opini/Artikel (1 Komentar)
NKRI PUKUL MUNDUR Ruang Demokrasi di Papua BaratKontribusi amanaiDikirim oleh amanai pada Thursday, 14 August 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Opini/Artikel (121 Komentar)
Warga Minta WHO 'Turun' ke DogiyaiKontribusi kaliboboDikirim oleh kalibobo pada Tuesday, 12 August 2008Kecocokan pada judul dan isi artikelTopik: Kesehatan Umum (34 Komentar)
173 ORANG MEE DI LEMBAH KAMUU TEWAS DI ERA OTSUS DAN PEMEKARANKontribusi kaliboboDikirim oleh kalibobo pada Monday, 04 August 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Kesehatan Umum (151 Komentar)
Wakil Ketua Sinode GKI Papua: Pemerintah Lambat Atasi Wabah Kolera di DogiyaiKontribusi MarvicDikirim oleh Marvic pada Thursday, 31 July 2008Kecocokan pada judul dan isi artikelTopik: Kesehatan Umum (226 Komentar)
Paniai Antisipasi Mewabahnya MuntaberKontribusi MarvicDikirim oleh Marvic pada Friday, 11 July 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Kesehatan Umum (3 Komentar)
Pemekaran Boroskan Uang Otsus PapuaKontribusi MarvicDikirim oleh Marvic pada Tuesday, 01 July 2008Kecocokan pada isi artikelTopik: Politisasi NKRI Atas Papua (122 Komentar)

AKSI DEMO DAMAI

TANGGAPAN AKSI DEMO DAMAI

TANGGAPAN AKSI DEMO DAMAI
Nabire, 11 Agustus 2008

TUNTUTAN I menyatakan bahwa : mendesak pemerintah daerah kabupaten nabire, kabupaten Kabupaten Dogiyai, kabupaten paniai dan Pemerintah propinsi papua untuk lebih serius meningkatkan pelayanan medis bagi masyarakat yang sedang terancam hidupnya dengan menyediahkan tenaga, fasilitas dan sarana dan prasarana penunjang dalam menyelamtakan nyawa para pasien mulai dari distrik hingga ke kampong-kampung. Segera menyediahkan klinik-klinik (pos-pos) pelayanan di kampong-kampung agar memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik.

Respon sekdah :
Responnya positif.

TUNTUTAN II menyatakan bahwa : mendesak Presiden Susilo bambang Yudoyono dan pemerintah Propinsi Papua serta Pemerintah kabupaten untuk segera membentuk atau mendatangkan Tim Peneliti yang Independen untuk membuktikan kebenaran atas penyebab kematian ratusan masyarakat lembah kamuu dan paniai.

Respon dari Sekdah Nabire :
Untuk meneliti penyebab kematian masyarakat yang sedang melanda masyarakat Lembah Kamuu, maka kami dari dinas kesehatan kabupaten Nabire telah bekerja sama dengan tim Dokter bekerjasama dengan tim dokter dari propinsi papua untuk meneliti virus apa yang sedang menyerang masyarakat kita. Dan hasil yang diketemukan adalah penyebabnya penyakit kolera dan Muntaber. Hasil ini diberikan oleh tim dokter setelah tim dokter ini melakukan penelitian di laboratorium di Jayapura selama 1 bulan.

Yang kedua setelah mendapat informasi dari masyarakat mengenai wabah ini, kami pun telah melakukan tim dan pernah turun sekitar dua kali ke Lembah Kamuu selama beberapa hari diatas. Dan kami pernah melakukan pengobatan kepada masyarakat diatas.

Yang ketiga kami akan turun ke atas ( Lembah Kamuu ) untuk melakukan penyediahkan fasilitas sarana dan prasarana serta melakukan penyuluhan kesehatan serta pengobatan terhadap masyrakat yang kenan wabah di atas ( Lembah Kamuu ). Dan kami memohon kepada seluruh elemen masyarakat Kamuu yang nantinya akan ikut bersama kami ke atas bersama-sama dengan kami. Karena untuk meyakinkan masyarakat atas wabah ini, kami saja tidak mampu sehingga kita harus menyelesaikan secara bersama-sama.

TUNTUTAN III Menyatakan Bahwa: SEKJEND PBB dan Dewan WHO PBB segera mengirim tenaga-tenaga para medis untuk mengamankan dan melindung rakyat pribumi Papua Barat yang sedang berada pada ancaman kejahatan terhadap kemanusiaan manusia Papua ( Genoside ) melalui pendekatan BIO – MILITERILISME ( perang biologis )

Respon dari Sekdah :
Tidak dapat reospon yang jelas. Lanjutnya; kami akan melanjutkan pernyataan sikap ini, kepada pemerintah Propinsi dan pemerintah pusat. Karena merkalah yang dapat mendatangkan WHO dan kami tidak dapat bertanggung jawab. Mau datangkan WHO atau tidak, itu urusan pemerintah pusat bukan wewenang kami. Yang jelas kami akan naik ke atas ( lembah Kamuu )

TUNTUTAN IV menyatakan bahwa: menyeruhkan kepada masyarakat internasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari HAM, DEMOKRASI, KEBENARAN dan KEADILAN segera mendesak Sekjend PBB dan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mewujudkan tetang point-III di atas demi menegakan kemanusiaan Papua diatas segala kepentingan.

Respon sekdah:
Tidak ada respon, yang ada Cuma kebingungan.



LAPORAN HASIL AUDIENSI DENGAN SEKDAH NABIRE SETELAH TIM KABUPATEN NABIRE TURUN KE NABIRE

TUNTUTAN I menyatakan bahwa : mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Nabire, kabupaten Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Paniai dan Pemerintah Propinsi papua untuk lebih serius meningkatkan pelayanan medis bagi masyarakat yang sedang terancam hidupnya dengan menyediahkan tenaga, fasilitas dan sarana dan prasarana penunjang dalam menyelamtakan Nyawa Para Pasien mulai dari Distrik hingga ke Kampong-kampung. Segera menyediahkan klinik-klinik (pos-pos) pelayanan di kampong-kampung agar memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik.

Respon Sekdah Setelah Tim Kabupaten Nabire turun Ke Nabire
Setelah Aksi Demo Damai selesai, kami para pejabat di Nabire lakukan pertemuan internal pejabat di saya punya ruangan, hasil kesepakatan rapat, kami langsung buat tim kerja dan saya yag dipercaya untuk menjadi ketua tim. Untuk berangkat keatas, kami berkeinginan untuk mengundang Tim Peduli Wabah Kolera Lembah Kamuu serta tokoh – tokoh agama, dan pemuda untuk naik ke Mowanemani bersamaan sehingga waktu itu kami telepon Bapak Pendeta tapi bapak tidak datang ke bandara jadi kami berangkat sendiri. Dan besok paginya kami berangkat ke Mowanemani kami melakukan coordinasi untuk membentuk tim peduli kemanusiaan. Dan Sekdah sebagai ketua tim.

Dan pada tanggal 13 Agustus 2008, tim dari Kabupaten Nabire yang diketuai oleh Sekdah Nabire naik ke Moanemani. Ketika mereka sampai di Moanemani, mereka melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh intelek, tokoh agama dan tokoh pemuda di Aula koteka Moge. Keputusan hasil pertemuan antara lain: mereka melakukan pengontrolan ke Puskesma Moanemani dan mereka menemukan Gudang Farmasi tersediah obat-obat yang dibutuhkan pasien, pemasangan air minum dan listrik serta tidak ada pasien yang dirawat di Puskesmas Mowanemani akibat Wabah ini.

Tim ini pertama kalinya melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga Kamuu dan membuat Jamban ( WC ), melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kebersihan di desa Egebutu di bawa tim dr Heru. Tim juga membangun 7 poskoh-poskoh di beberapa titik penting di daerah Lembah Kamuu, diantaranya; yang pertama di desa Egebutu, Kecamatan Dogiyai, Kecamatan Ikrar, Kecamatan Kamuu Timur, Kecamatan Kamuu Selatan ( Puweta) dan dan sebagai poskoh pusat di tempatkan di Mowanemani. Sebagai sumber informasi antar poskoh, tim sekdah juga menyediahkan Hand Telephone ( HT ), serta menyediahkan obat-obatan di setiap Poskoh. Dan tenaga medis.

Keluhan masyarakat lembah Kamuu saat rapat di Aula Koteka Moge adalah kami masyarakat lembah kamuu tidak membutuhkan Dana dalam bentuk apa pun, dan kami hanya membutuhkan penyediahan fasilitas berupa WC, pembersihan lingkungan, perlengkapan alat –alat kerja ( parang, sekop dll) serta tenaga relawan.

Saat Tim dari Kabupaten Nabire naik Ke Moanemani, Yayasan Obor Yusup sudah ada di Lembah Kamuu. Yayasan ini naik ke Mowanemani pada tanggal 11 Agustus 2008. Yayasan juga menyediahkan 3 orang Pendeta. Yayasan ini membantu obat-obatan, menyediahkan tenda – tenda, pemansangan air di Puskesmas Mowanemani, memberikan pelayanan obat-obatan kepada pasien serta memberikan penguatan iman kepada masyarakat di Gereja-Gereja.

Selain itu yayasan tersebut diatas, Tim dari Rumah Sakit Karitas juga ada di Mowanemani pada saat yang bersamaan. Dan Tim ini memberikan pelayanan pengobatan dan penyuluhan mengenai pentingnya jaga kesehatan badan dan lingkungan kepada masyarakat Lembah Kamuu.
Kepedulian masyarakat internasional terhadap wabah yang terjadi di lembah kamuu pun menjadi perhatian serius. Hal ini terlihat dengan jelas bahwa ada beberapa LSM Internasional yang pernah turun ke Lembah Kamuu. Menurut keterangan Bapak Sekdah nabire, tanpa menyebut Identitas LSM, dia mengatakan ada LSM Luar Negri yang sedang melayani masyarakat di Lembah Kamuu.

Demikian hasil audensi, kami Tim Peduli Penanggulangan Wabah Kolera di Lembah Kamuu ( Ketua Tim ( Pdt Daud Auwe M.DIV ) dan Sekertaris Tim ( Marchell Goo ) dengan Bapak Sekdah Nabire di Ruang Kerjanya. pada hari Jumat, 15 Agustus 2008, Jam : 10: 25 WIT – 11 : 30 WIT.


MUSIBAH KOLERA MOANEMANI DOGIYAI

west papua , yunus edoway , my friend Joe , TB PETITIONS , U . S . , trood senator , papua torontho , tapol gn , KOTEKA PAPUA , INFO PAPUA , CANADA ACTIONS , KK AMP , PANIAI NEWS , kawan daud , MARY GORDON , DHL WWW , info free , edo waydo , U . S . , w pauk , web bad ,

Rabu, 10 Desember 2008

WEST PAPUANS PARTY CELEBRATIONS OF INDEPENDENT DAY

WEST PAPUA INDEPENDENT DAY CELEBRATIONS UNDER PRESSING BY MILITARY OF INDONESIA

Press Release: for immediate release & circulation: INTERNATIONAL PARLIAMENTARIANS FOR WEST PAPUAWE ARE ONE AND INDONESIANS MILITARY CANNOT DIVIDING/BROKENG OUT US PAPUA YOUNG BLOODING FOR FREE WEST PAPUA CAMPAIGNNER IN JAVA AND BALI

FREE WEST PAPUA NEW GUINEA

http://papuapost.com/2008/10/517/
Di Parlemen Rendah (House off Commons), London, tanggal 15 Oktober 2008, tepat pukul 15:00 GMT akan terjadi sebuah peristiwa bersejarah di mana akan ada pertemuan Internasional sejumlah Anggota Parlemen, dalam rangka mendukung Penentuan Nasib Sendiri bagi penduduk asli Papua Barat Hidup dalam pengasingan sebagai pemimpin Papua Merdeka, Benny Wenda akan bergabung dengan sejumlah pemimpin Melanesia dan Anggota Parlemen lintas negara untuk meluncurkan sebuah kelompok lobi dan forum diskusi di antara para politisi bernama “International Parliamentarians for West Papua” (Anggota Perlemen Internasional untuk Papua Barat Diharapkan berkumpul di Parliament Square satu jam sebelumnya. Hari perayaan ini akan didahului dengan musik dan tarian tradisional dari Papua Barat yang kini berada di pengasingan di Belanda, di arliament Square, yang akan mempersembahkan pertunjukkan untuk peristiwa ini. Peluncuran ini diselenggarakan bersama oleh Hon. Andrew Smith MP & Lord Harries. Tujuan kelompok ini adalah mengkoordinasi aksi-aksi anggota parlemen di seluruh dunia untuk Papua Barat Pembicara dalam acara ini termasuk: Ms Melinda Janki - International Human rights Lawyer Hon. Andrew Smith MP (U.K.) Lord Harries (U.K.) Benny Wenda (WEST PAPUA) Hon. Powes Parkop LLB LLM MP (PAPUA NEW GUINEA) Hon. Carcasses Moana Kalosil MP (VANUATU) Silahkan bergabung dalam sebuah peristiwa bersejarah dalam sejarah Papua Barat ini.




CONTACT: +44 (0)845 2579145 - Office@FreeWestPapua.org www.FreeWestPapua.org
Popularity: 47% [?]


Hasil IPWP London Diumumkan -
Sikap Represive Aparat Disesalkan

http://papuapost.com/2008/10/546/
Thursday, October 23, 2008, 4:10
Papua Merdeka


JAYAPURA - Gagal melakukan demo guna menyampaikan dukungan peluncuran Kaukus International Perlemen for West Papua (IPWP) 15-18 Oktober lalu di London, Inggris tidak menyurutkan IPWP Papua untuk tetap menyuarakan asprasi tersebut.
Dalam press confrence di Sekertariat Dewan Adat Papua (DAP), Selasa (21/10), Ketua IPWP Papua Buchtar Tabuni didampingi Sekertaris IPWP Viktor F Yeimo, Koordinator umum Peluncuran IPWP Sebi Sambom, Koordinator Lapangan Elly Sirwa dan Ketua Tim Legislasi AMPTP Albert Wanimbo didampingi puluhan massa pendukungnya akhirnya mengumumkan hasil IPWP di London, Inggris yang sudah ada di tangan mereka.
4 lebar hasil IPWP dalam Bahasa Inggris itu diterjemahkan oleh Viktor F Yeimo. Isi dari hasil IPWP di London memuat beberapa poin yaitu pertama, mendesak setiap negara di Eropa untuk tidak melakukan hubungan dengan Indonesia sampai Indonesia memberikan ruang kebebasan yang damai bagi masyarakat Papua Kedua, meminta agar ada peninjau dari pihak International menyangkut masalah di Papua Ke-tiga, mendesak PBB untuk mendengarkan salah satu penasehat dari pengadilan Internasional dibawah hukum Internasional.
Ke-empat, seluruh kekayayaan alam di Papua digunakan sepenuhnya untuk masyarakat Papua Ke-lima, desak Sekjend PBB untuk mereview kembali tentang aturan PBB menyangkut proses bebas memilih di Papua (menyangkut Pepera Ke-enam, mengirim tim peninjau untuk melihat pelanggaran HAM yang terjadi di PapuaKe tujuh, meminta pemerintah Indonesia untuk membebaskan Filep Karma, Yusak Pakage dan semua tahanan politik dengan segera serta membuka akses jurnalis internasional ke Papua Ke-delapan, mendesak agar dihentikan segala bentuk illegal loging oleh Indonesia di Papua yang dapat mengakibatkan perubahan iklim serta memonitor perjanjian mineral di Papua hingga ICJ memberikan kelayakan.
Menurut Victor, Peluncuran Kaukus yang dihadiri oleh sejumlah parlemen International di Inggris dan Eropa ini intensif dilakukan mulai pukul 15.00 - 16.30 waktu London yang dihadiri oleh dua anggota Perlemen Inggris Andrew Smith dam Lord Harries. Tidak itu saja, Vintor juga mengklaim bahwa peluncuran tersebut mendapat dukungan dari seluruh parlemen di Inggris, Eropa Amerika, para senator di Australia, New Zealand, Vanuatu, dan Papua New Guinea.
“Dari pertemuan itu juga dihadiri oleh Benny Wenda-mahasiswa, Mrs Melinda Janki dari International Human Rights Law Expert, Jeremmy Corbyn dan Opik dari Parlemen UK,” papar Victor membacakan hasil tersebut.
Sementara ketika disinggung kecaman anggota DPR RI, Theo L Sambuaga terkait sponsor yang dilakukan pihak asing dalam parlemen tersebut, Koordinator umum peluncuran IPWP Sebi Sambom mengatakan bahwa Indonesia jangan ikut campur urusan negara lain yang sedang membahas permasalahan di Papua karena saat ini Indonesia tidak bisa mengintervensi negara maju.” Itu hanya komentar orang politik yang sedang dalam posisi sulit,” lanjut Sebi.
Ia juga menyayangkan sikap aparat dalam aksi demo damai di Jl Irian Jayapura, Senin (20/10). Menurutnya, dari sikap represive aparat saat mengamankan dan membawa pendemo menggambarkan pada dunia bahwa di Papua memang terjadi penekanan militer terhadap masyarakat Papua Barat Padahal menurut pria berambut gimbal ini, demokrasi itu memiliki undang-undang dan bagaimana menyampaikan pendapat dimuka umum mereka telah pahami.
” Jangan memberikan teror mental yang akhirnya menimbulkan ketakutan pada masyarakat. Kami melihat tentara dan polisi yang membangun konflik dari ketakutan tersebut,” jelas Sebi.Sementara itu, Ketua IPWP Papua Buchtar Tabuni juga menyayangkan sikap anggota DPRP yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Alasannya, saat mereka akan menyampaikan aspirasi, ternyata tidak satupun wakil rakyat berada di tempat. ” Kami sudah memberitahukan sebelumnya bahwa kami akan datang tanggal sekian untuk menyampaikan pendapat, tetapi ternyata tidak ada siapa-siapa,” sesal Buchtar.
Sikap semacam ini yang dianggap tidak memihak rakyat sehingga kedepannya Buchtar Cs sepakat untuk memboikot Pemilu.” Kami juga akan menyurati semua mahasiswa Papua yang kuliah di Jawa, Bali, Sumatrea, Sulawesi untuk kembali menyusun kekuatan serta boikot Pemilu.
Buchtar menyampaikan bahwa dengan sikap tegas yang akan mereka ambil l itu sama artinya tidak ada legitimasi terhadap pemerintah Indonesia yang membenarkan bahwa rakyat Papua adalah bagian dari Indonesia.”Papua bisa dikatakan bagian dari NKRI jika rakyat ikut memilih. Jika tidak, yah sama saja ada penolakan terhadap legalitas daerah itu,” tegas Buchtar.
Pria dengan gaya khas kacamata hitam dan pakaian loreng model Army ini juga mengomentari soal penanganan para pendemo kemarin.
Dengan gagalnya penyampaian aspirasi langsung ke DPRP nampaknya membuat IPWP Papua merancang strategi lain. Buchtar Tabuni dan Victor menegaskan bahwa yang difokuskan saat ini bukan lagi menghadap DPRP, melainkan melakukan sosialisasi untuk seluruh masyarakat Papua Barat melalui parlemen yang telah dibentuknya.
” Jika Papua ( DPRP, red) tidak mau menerima ini, kami akan sampaikan di parlemen kami sendiri. Soal hasil ini akan kemana nantinya urusan parlemen,” tandas keduanya seraya mengatakan bahwa mereka akan kembali mengambil sikap menyurat ke Jakarta dan PBB, tanpa menjelaskan lebihjauh meteri surat yang akan dikirim tersebut.(ade)
Popularity: 45% [?]


BY KKAMPJOGYA


CELEBRATING WEST PAPUA INDEPENDENT DAY

INDONESIA GENOCIDE PROGRAM FOR WEST PAPUANS IS STILL MMASSIVES IN WEST PAPUA AND TO THE WEST PAPUANS IN EVERY WHERE LIKE IN JAVA AND BALI AN INDONESIAN
BEFORE WE DEPARTH FROM MANTRAMAN JAKARTA WE HAVE TO GETTING A COMITTEN FOR STANDING AND FIGHTING FOR WEST PAPUA FREE

WEST PAPUANS YOUNG BLOODING "WEST PAPUANS FREEDOM FIGHTERS IN JAVA AND BALI AN INDONESIAN"


WEST PAPUANS HAD TAKEN A GOOD COMMITTMENT FOR FIGHTING TILL WE GETTING FREEDOM

THIS IS ONE OF OUR SPANDUK TO BE CAMPAIGN WEST PAPUA FREEDOMPOLICE OF INDONESIA WHO EVER COME TO THE OUR CELEBRATED DAY AND PLACED TO BE DISTURBING ABOUT OUR WEST PAPUANS DEMOCRACY WAY FOR GETTING FREEDOM GOVERNMENT OF INDONESIA AND MANY INDONESIANS WHO THE POCKETING, BRING THIR NOT TRUE DEMOCRACY, THEIR SMALL DEMOCRACY

THIS IS ONE OF THEY DON'T GIVING TO US TRUE DEMOCRACY

KKAMPJOGYA NEWS